Selasa, 20 Desember 2011

Alasan dan Harapan Bersama Perikanan (PSP) serta Cita-cita


Dari semua pertanyaan yang ditujukan kepada saya dalam rangka pemenuhan tugas dari Pak Faik tentang alasan kuliah di perikanan dalam hal ini PSP, harapan di prodi tersebut, serta setelah lulus mau kerja dimana, saya akan mencoba memberikan jawaban semampu saya satu persatu.^^

1.      Alasan kuliah di perikanan?
Jujur, pertama kali saya ditanya soal ini saya selalu bingung. Mengapa? karena pertama kali saya memilih prodi ini dalam pilihan SNMPTN, semata-mata karena saya tidak mau berurusan lagi dengan yang namanya angka dan matematika. hehehe. Namun, setelah 2 semester yang terlewatkan saya menyadari betul akan pentingnya dunia perikanan bagi negara tercinta ini. Pandangan saya yang semula hanya memandang sebelah mata tentang kata “perikanan”  ternyata salah besar. Dunia perikanan ini begitu luas. terlebih negara kita yang sebagian besar terdiri dari lautan, dapat dibilang sangat membutuhkan perikanan. Di dunia perikanan tidak hanya mempelajari tentang ikan, namun juga  mempelajari  tentang segala macam aspek-aspek kehidupan yang saling berkaitan antara makhluk hidup akuatik, lingkungan, dan ekonomi kemasyarakatan. Dan satu hal yang penting mengenai dunia perikanan dan kuliah perikanan khususnya di UNDIP, perikanan ternyata lebih rumit dari sekedar matematika. wkwkwkwkwk

2.      Harapan perikanan (PSP)?
Harapan saya terhadap perikanan khususnya PSP ini adalah agar masyarakat tidak lagi memandang sebelah mata akan perikanan yang berlanjut dengan tindakan-tindakan pengacuhan terhadap keadaan perikanan dan laut di Indonesia. Indonesia adalah negara yang memiliki prospek perikanan yang bagus dan melimpah apabila dibandingkan dengan negara-negara lain. Saya yakin melalui perikanan negara tercinta ini dapat berkembang menjadi negara maritim yang benar-benar maju akan pemanfaatan serta kualitas produk perikanannya.

3.      Setelah lulus mau bekerja dimana? Perikanan atau luar dunia perikanan?
Selama kuliah 2 semester di perikanan UNDIP, saya belum dapat menjawab pertanyaan ini. Jujur, saya belum ada gambaran mengenai hal tersebut. Akan tetapi saya sering mempertanyakan hal ini kepada teman-teman saya. Namun hasilnya adalah sama saja. hehehe.
Pada saat perjalanan pulang dari Praktikum Rancang Bangun Kapal Perikanan di Batang, saya menanyakan pertanyaan yang sama kepada kakak angkatan 2009, Mbak Indri. Dia satu-satunya orang yang dapat menjawab pertanyaan tersebut secara terperinci dan yakin kepada saya. Dia memaparkan cita-citanya pertama kali yang terbayang adalah menjadi supervisor pada kapal perikanan. Namun cita-cita tersebut ditinggalkannya karena mengingat pekerjaan tersebut terlalu berat dan beresiko untuk wanita. beliau juga menjelaskan bahwa menjadi supervisor pada kapal perikanan dibutuhkan tanggung jawab yang besar serta ketelitian dan kejujuran yang tinggi. Mendengar pernyataan tersebut tiba-tiba ada perasaan dari diri saya bahwa ini adalah pekerjaan yang pantas buat saya yang suka akan tantangan dan diperlukan tanggung jawab yang besar. Menjadi supervisor kapal perikanan adalah keinginanku untuk sekarang ini dan semoga saja dapat terwujud. Namun apabila besok mendapatkan pekerjaan yang berada di luar lingkup perikanan. . . . mau bagaimana lagi. Asalkan pendapatannya pantas untuk seorang sarjana.^^

Minggu, 11 Desember 2011

KONDISI PERIKANAN INDONESIA SAAT INI

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki lebih kurang 17.000 buah pulau dengan luas daratan 1.922.570 km2 dan luas perairan 3.257.483 km2 .  Berdasarkan posisi geografisnya, negara Indonesia memiliki batas-batas sebagai berikut :
- Utara : Negara Malaysia, Singapura, Filipina, Laut Cina Selatan.
- Selatan : Negara Australia, Samudera Hindia.
- Barat : Samudera Hindia.
- Timur : Negara Papua Nugini, Timor Leste, Samudera Pasifik.


Letak geografisnya, kepulauan Indonesia di antara Benua Asia dan Benua Australia, serta di antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Dengan demikian, wilayah Indonesia berada pada posisi silang, yang mempunyai arti penting dalam kaitannya dengan iklim dan perekonomian. Sedangkan letak astronomis Indonesia terletak di antara 6oLU – 11oLS dan 95oBT – 141oBT. Dari letak astronomis dan geografis Indonesia memiliki pengaruh besar pada bidang perekonomian dan perikanan. ini bisa kita lihat dari tingginya keanekaragaman biota laut di Indonesia. tetapi saat ini sudah sangat berbeda dengan dahulu.


Beberapa perairan di Indonesia Sudah mengalami Over Fishing. Zainal Arifin dari pusat penelitian Oseanografi LIPI mengatakan beberapa wilayah yang mengalami over fishing atau penangkapan berlebihan. "Di laut Jawa, Selat Malaka dan Selat Karimata. Tahun ini ada kemungkinan Laut Arafura juga mengalami kelangkaan karena over fishing," ucapnya saat dihubungi Media Indonesia, Senin (10/5). Sayang, dirinya tak bisa menyebutkan jenis-jenis ikan apa saja yang sudah langka di daerah tersebut. Kian padatnya jalur penangkapan ikan di area-area yang disebutkan Zainal menjadi penyebab utama kelangkaan ikan di wilayah tersebut. "Walaupun perubahan seperti hutan mangrove yang beralih fungsi menjadi tambak dan polusi yang banyak disebutkan industri-industri di utara Jawa juga berpengaruh," imbuh Zainal. Perubahan iklim, lanjutnya, juga akan mengambil peranan penting seputar kelangkaan ikan di perairan Indonesia. "Lima hingga 10 tahun mendatang, perubahan iklim berpotensi memperburuk kondisi sumber daya ikan di laut Indonesia," tandasnya. 



Sebelah selatan Pulau Jawa menjadi area yang dinilai Zainal masih memiliki sumber daya ikan dalam jumlah aman. Dalam kacamata Zainal, hal ini disebabkan lantaran peralatan yang digunakan para nelayan di wilayah itu masih relatif sederhana. "Di sebelah selatan para nelayan tidak bisa melaut terlalu jauh karena keterbatasan alat," kata Zainal. (BBC/*/OL-7)

Sumber :Media Indonesia

Selasa, 06 Desember 2011

LAGU NELAYAN

Tak kan ada ikan gurih di meja makan
Tanpa ada jerih-payah nelayan
Daging ikan sumber gizi bermutu tinggi
Diperlukan semua manusia

Tiap malam mengembara di lautan
Ombak badai menghadang dan menerjang
Pak nelayan tak gentar dalam darmanya
Demi kita yang membutuhkan pangan
Terima kasih pak nelayan

Sebuah lagu yang dipersembahkan khusus untuk para nelayan di seluruh nusantara. Lagu yang singkat namun penuh makna, menggambarkan perjuangan seorang nelayan demi kebutuhan kita.

Di era '90an , lagu ini sering sekali diputar di stasiun TV nasional kebanggaan bangsa, TVRI. Lagu ini saya dengar sejak saya masih kecil. Lagu ini pula yang membangkitkan kecintaan saya terhadap dunia perikanan. Sampai saat ini saya tidak tahu siapa pencipta lagu ini. Bahkan saya tidak menemukan lagu ini dalam bentuk file audio digital (.mp3). Apabila ada diantara pembaca yang mengetahuinya, mohon beritahu saya via komentar anda. Terima kasih...

NELAYAN TRADISIONAL KIAN TERSISIH

AMBON, KOMPAS - Nelayan tradisional di Ambon, Maluku, yang menggunakan alat tangkap ikan huhate, semacam alat pancing, kian tersisih. Mereka kalah bersaing dengan nelayan yang menggunakan jaring. Peter (41), salah seorang nelayan tradisional di Galala, Ambon, Minggu (21/2), mengatakan, nelayan dengan alat tangkap jaring kebanyakan nelayan asing yang berasal dari Filipina. Mereka kerap beroperasi di perairan tempat nelayan tradisional Ambon biasa mencari ikan, misalnya di perairan Seram, Buru, Bitung, dan Banda.
Dengan menggunakan jaring, mereka dapat menangkap ikan tiga sampai empat kali lipat lebih banyak daripada yang bisa ditangkap nelayan tradisional. Dampaknya, nelayan tradisional hanya mendapat sisanya yang jumlahnya tergolong sedikit.

”Sekali melaut (dua hari sampai lima hari), nelayan Ambon hanya bisa menangkap ikan cakalang, sejenis ikan tongkol, 500 kilogram sampai 2 ton. Jumlah itu jauh di bawah hasil tangkapan sebelum tahun 1980, yang minimal 2 ton sekali melaut,” papar Peter. Yonas (43), nelayan yang memiliki enam perahu di Galala, mengungkapkan, tidak hanya nelayan asing yang membuat nelayan lokal terancam. Sejumlah perusahaan nasional yang mengoperasikan perahu dengan alat tangkap jaring untuk menangkap ikan di perairan Maluku juga mengundang resah. Perusahaan seperti itu, lanjut Yonas, tidak sedikit yang menyewa orang Filipina yang terbiasa menangkap ikan dengan jaring. ”Di sisi lain, nelayan tradisional Ambon enggan menggunakan alat tangkap jaring karena tidak terbiasa,” katanya.

Tak dioperasikan
Kondisi yang demikian, kata Peter, Yonas, dan beberapa nelayan tradisional Galala lainnya, menyebabkan mereka memilih tidak mengoperasikan perahunya. Hal itu disebabkan biaya operasi yang dikeluarkan nelayan tidak sebanding dengan hasil tangkapan. Sekretaris Jenderal Lembaga Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara) Riza Damanik mendesak pemerintah menerbitkan regulasi guna melindungi perairan yang menjadi wilayah tangkap nelayan tradisional. Negara lain yang bertumpu pada perikanan, seperti Jepang, katanya, sangat melindungi nelayan dengan regulasi. Regulasi seperti itu dinilai perlu, terutama jika pemerintah ingin tetap menjadikan Maluku sebagai lumbung perikanan. ”Apalagi jika ingin Indonesia menjadi produsen ikan terbesar di dunia tahun 2012. Saat ini, Indonesia menduduki posisi keempat. Posisi pertama ditempati oleh China, lalu Peru, dan terakhir Amerika Serikat,” kata Riza.

Target sebagai produsen ikan terbesar tidak akan tercapai jika pencurian ikan dan penangkapan ikan secara besar-besaran tanpa memerhatikan keberlanjutan produksi ikan, seperti sekarang ini, terus terjadi. ”Yang terjadi pada akhirnya nelayan tradisional kian terpuruk,” ujar Riza.

Tak sependapat
Kepala Pelabuhan Perikanan Nusantara Tual, Maluku, Joko Supraptomo tidak sependapat jika dikatakan tangkap jaring tidak memperhatikan keberlanjutan produksi ikan. ”Hal itu tinggal tergantung dari ukuran mata jaringnya. Ukuran ini pun ada aturannya sehingga jaring tidak menangkap ikan kecil,” ujarnya. Joko berpendapat, nelayan tradisional bukan tidak bisa beralih ke alat tangkap jaring. ”Mereka lebih memilih huhate karena sudah turun-temurun menggunakannya sehingga sulit beralih ke jaring,” katanya. (APA)
sumber: KOMPAS

AYO MAKAN IKAN !!

Dalam dunia ekonomi, selalu ada hukum permintaan dan penawaran barang. Apabila permintaan tinggi dan hanya mampu disupply dengan penawaran yang sedikit, maka harga barang akan melambung. Hal sebaliknya terjadi, permintaan yang rendah dengan supply yang tinggi akan menyebabkan turunnya harga di pasaran. Dunia perikanan pun juga akan bermuara kepada hukum ekonomi di atas. Jumlah permintaan akan daging ikan yang rendah di pasaran tentunya akan berdampak pada rendahnya harga ikan di pasar.
 
Melalui polling terbuka di blog ini selama satu bulan diketahui bahwa konsumsi ikan pembaca  masih terlihat kurang. Dari 12 orang responden yang mengikuti polling, hanya sekitar 3 orang pembaca yang mengkonsumsi ikan lebih dari tujuh kali dalam seminggu. Ini berarti hanya sekitar 25 % dari jumlah keseluruhan peserta survey. Walaupun jajak pendapat ini tidak dapat dibuktikan kebenarannya secara ilmiah dan tidak bisa dijadikan bahan acuan secara faktual, akan tetapi bisa jadi ini gambaran umum para bagi pembaca sekalian.

Kalau kita jadikan hasil survey sebagai bahan acuan sementara tulisan ini, maka dapat diasumsikan bahwa permintaan masyarakat akan daging ikan masih rendah. Terbukti dari polling, dimana para pembaca yang melakukan jajak pendapat lebih banyak mengkonsumsi ikan kurang dari 3 kali dalam sepekan. Entah faktor apa yang mempengaruhi minimnya tingkat konsumsi ikan di masyarakat.

Faktor kebiasaan mungkin bisa jadi salah satunya. Masyarakat Indonesia yang umumnya tinggal di daratan pasti lebih familiar dengan daging hasil ternak, seperti: Ayam, Kambing dan Sapi. Sedangkan masyarakat kita yang tinggal di pesisir barangkali lebih sering mengkonsumsi daging ikan.

Ada juga beberapa orang teman saya yang mengatakan, 'ah, ribet makan ikan! abis banyak durinya sih!'. Memang betul, bentuk tubuh ikan yang kecil dan struktur otot yang lebih lembek memaksa ikan untuk memiliki banyak duri dalam dagingnya. Tapi ini tidak sepenuhnya benar, ikan - ikan yang memiliki banyak duri kecil biasanya adalah ikan jenis muara atau berjenis herbivora. Sedangkan untuk ikan laut sendiri, biasanya tidak memiliki duri yang keras dan besar karena struktur daging ikan laut seperti: Tuna dan Cakalang lebih kuat dan berotot.


Jenis variasi olahan dari daging ikan yang masih minim barangkali juga bisa jadi pemicu para ibu - ibu rumah tangga enggan untuk membeli ikan. Padahal, saat ini sudah banyak pabrik pengolahan daging ikan yang 'menyulap' daging ikan yang amis menjadi produk - produk makanan yang lezat. Daging ikan banyak diolah menjadi berbagai bentuk seperti: ikan kalengan, bakso ikan, nugget ikan, ikan fillet, dsb.

Ada informasi yang bisa anda baca disini bila anda sukar makan ikan.

Kurangnya minat masyarakat dalam mengkonsumsi ikan mendorong terjadinya penurunan harga ikan di pasaran. Hal ini akan berakibat efek domino, dimana pada akhirnya adalah penurunan tingkat kesejahteraan nelayan dan meningkatnya akan kemiskinan. Bayangkan oleh anda, nelayan yang berangkat dari pagi hari atau bahkan berangkat malam hari dan menginap di lautan hanya untuk menangkap daging ikan. Sendirian di tengah lautan, hanya ditemani deburan ombak dan dinginnya angin malam. Kadangkala pula lautan tak bersahabat, ikan tak didapat hanya pulang dengan baju basah tersapu ombak. Ini sangat dilematis sekali, perjuangan nelayan mencari ikan yang bertaruh dengan nyawa kadang hanya dibayar murah di pasaran. Harga 1kg ikan mungkin hanya kurang dari Rp 3000,- itu pun belum dipotong untuk biaya operasional penangkapan.

Bagi nelayan - nelayan besar yang punya modal dengan kapal yang lebih canggih (belum tentu modern), biasanya mereka mengakalinya dengan menjual hasil tangkapan kepada para eksportir kelas besar pula. Sudah barang tentu harga jualnya masih bisa fluktuatif, tergantung ketersediaan stok ikan di pasar internasional. 


Tujuan ekspor ikan kita biasanya ke Jepang, China, Eropa dan Amerika. Bukan hanya karena negara - negara tersebut tidak memiliki armada yang memadai, tetapi juga tingginya minat masyarakat disana untuk mengkonsumsi ikan. Sebagai contoh Jepang, negari sakura ini punya banyak nelayan dengan kelimpahan stok ikan yang sangat memadai. Namun itu semua tidak cukup, mereka masih memerlukan supply ikan dari negara kita. Dan saya yakin kita semua pasti tahu bahwa masyarakat Jepang sangat gemar makan ikan segar.

Kegemaran masyarakat akan konsumsi daging ikan tidak selalu harus menunggu seluruh masyarakat sadar pentingnya ikan. Mulailah dari diri sendiri untuk makan ikan, tidak harus dalam jumlah yang banyak tapi cukup. Bila satu keluarga di seluruh Indonesia ini membeli daging ikan seberat 1kg per hari, maka cukuplah sudah meningkatkan kesejahteraan para nelayan.


'Ayo ibu - ibu, segera ke pasar dan beli daging ikan!'

sumber gambar: Google

Senin, 03 Oktober 2011

TOLAK UKUR KEBERHASILAN DAN KENDALA DALAM BUDIDAYA PERAIRAN



A.      TOLAK UKUR KEBERHASILAN BUDIDAYA
Budidaya merupakan rekayasa manusia dengan mendapatkan input dan energi untuk meningkatkan organisme akuatik yang bermanfaat dengan memanipulasi pertumbuhan dan menekan mortalitas. Berdasarkan pengertian tersebut,  keberhasilan suatu budidaya dapat diamati melalui beberapa indikasi yang akan terlihat setelah proses budidaya selesai dilakukan. Indikasi-indikasi tersebut antara lain dengan menghitung berat atau bobot (biomassa) ikan, laju pertumbuhan, dan angka mortalitas dari ikan yang kita budidayakan.
1.      Biomassa ikan
Tolak ukur keberhasilan budidaya ikan dapat diamati dari biomassa ikan dalam proses produksi. Target produksi dapat ditentukan dari  jumlah bobot ikan yang dihasilkan yakni dengan cara menghitung biomassa pada sekuen kegiatan pembesaran. Semakin tinggi biomassa yang diperoleh saat pemanenan maka dapat dikatakan semakin tinggi keberhasilan budidaya.
2.      Pertumbuhan
Pertumbuhan dapat dijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan budidaya. Pertumbuhan yang dimaksud adalah kecepatan ikan untuk mencapai berat atau bobot yang diinginkan. Setiap  spesies ikan mempunyai kemampuan tumbuh berbeda-beda. Perbedaan pertumbuhan ini dapat tercermin, baik dalam laju pertumbuhannya maupun potensi tumbuh dari ikan tersebut. Perbedaan kemampuan tumbuh ikan pada dasarnya disebabkan oleh perbedaan faktor genetik dari masing masing ikan. Karakteristik genetik tertentu yang dimiliki oleh seekor ikan biasanya menyatu dengan sejumlah sifat bawaan yang mempengaruhi pertumbuhan seperti kemampuan ikan menemukan dan memanfaatkan pakan yang tinggi, ketahanan terhadap penyakit dan dapat beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Semua hal tersebut akhirnya tercermin pada laju pertumbuhan ikan. Biasanya untuk mencapai hal tersebut, dilakukan rekayasa genetik guna menghasilkan benih ikan unggul yang diinginkan .
3.      Mortalitas
Mortalitas atau angka kematian dapat juga dijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan dalam budidaya. Salah satu target produksi dapat ditentukan dari banyaknya jumlah ikan yang dihasilkan (menghitung tingkat kelangsungan hidupnya) khususnya untuk sekuen kegiatan pembenihan. Budidaya dapat dikatakan berhasil apabila prosentase mortalitas ikan yang dibudidayakan  kurang dari 25%. Semakin rendah angka mortalitas maka semakin besar persentase keberhasilan budidaya yang dilakukan.


B.     FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BUDIDAYA
Keberhasilan suatu budidaya dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat meningkatkan atau menurunkan produksi ikan yang kita budidayakan. Faktor-faktor tersebut terbagi atas faktor internal dan faktor eksternal.
1.      Faktor Internal
Faktor internal dalam budidaya ikan antara lain :
a.       Gen
Selain pakan yang kita berikan, pengaruh gen dari ikan sendiri menjadi salah satu faktor yang amat penting bagi laju pertumbuhan ikan. Ikan mempunyai gen khusus yang dapat menghasilkan organ atau sel organ tertentu dan gen umum yang memberikan turunan kepada jenisnya. baik gen khusus maupun gen umum dari setiap ikan tersusun atas DNA (Deoxyribonucleic acid) dan RNA (Ribonucleic acid). Ekspresi dari gen gen tersebut dan sel yang terbentuk menjadi satu paket yang selanjutnya mempengaruhi pertumbuhan pada ikan. Transgenik atau rekayasa genetik dapat dilakukan untuk mendapatkan sifat yang diinginkan.
b.      Kualitas Air
Air merupakan salah satu unsur budidaya penting. Air disini dapat berupa air tawar atau air laut tergantung jenis dari ikan yang dibudidayakan. Air sangat diperhatikan karena merupakan media atau faktor terpenting untuk kelangsungan hidup ikan. Air yang mengandung logam dan senyawa yang berbahaya dapat berakibat fatal apabila ikan tersebut terkonsumsi oleh tubuh. Untuk itu diperlukan pergantian air secara berjangka untuk menghindari hal yang tidak diinginkan.
c.       Suhu
Suhu merupakan faktor pertama yang perlu diperhatikan dalam melakukan budidaya. Suhu dapat mempengaruhi keadaan internal dari ikan yang kita budidayakan. Ikan dapat menjadi tegang atau stress bila suhu terlalu tinggi dan akan menjadi lemas bila suhu terlalu rendah. Pertumbuhan optimum pada ikan terjadi pada suhu kamar normal.
d.      pH
pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan suatu zat. pH disini sangat erat kaitannya dengan pertumbuhan ikan yang hendak dibudidayakan. Ikan dapat mengalami pertumbuhan optimal pada pH 6,5 – 8.
e.       Intensitas cahaya
Selain suhu, pH, dan keadaan air, intensitas cahaya juga perlu diperhatikan. Masing-masing ikan mempunyai kecenderungan memakan makanan yang berbeda. Ikan ada yang aktif makan pada pagi atau siang hari ada juga yang aktif pada malam hari. Intensitas juga mempengaruhi pola dan tingkah laku ikan yang dibudidayakan.
f.       Padat tebar
Kepadatan banyaknya ikan dalam suatu tempat atau wadah sangat berpengaruh pada pertumbuhan dan kesehatan ikan. Ikan membutuhkan oksigen dan ruang yang cocok dan cukup untuk tumbuh. Apabila wadah budidaya terlalu sempit dapat menyebabkan kompetisi oksigen antar ikan dan dapat dimungkinkan terjadinya kematian. Wadah yang terlalu luas dapat menimbulkan hasil yang positif bagi pertumbuhan ikan namun dapat meningkatkan kerugian yang diterima pengelola pembudidaya.
g.      Pakan
Pakan sangat berpengaruh pada laju dan kualitas ikan yang kita budidayakan. kualitas dan kandungan  pakan yang kita berikan harus benar-benar sesuai dengan kebutuhan dari ikan. Kualitas pakan dapat diamati secara langsung. Pakan yang baik tidak menunjukkan kerontokan atau berdebu saat kita pegang dan bentuk akan berubah secara perlahan apabila sudah terkena air. Berbeda dengan pakan berkualitas baik, pakan berkualitas buruk akan menunjukkan kerontokan bila kita pegang atau angkat dan akan langsung memencar ketika terkena air. Pakan diberikan sebesar 3-4% dari berat badan ikan perhari dengan waktu pemberian pakan sesuai dengan karakter ikan yang dibudidayakan.

C.    KENDALA-KENDALA YANG DIJUMPAI DALAM BUDIDAYA
Secara umum kendala yang sering dihadapi dalam budidaya ikan antara adalah sebagai berikut :
1.      Kurang tersedianya wadah atau tempat budidaya.
2.      Serangan penyakit dan hama.

D.      SOLUSI DALAM  MENGATASI PERMASALAHAN BUDIDAYA
1.      Kurang tersedianya wadah atau tempat budidaya.
Kendala yang satu ini sering dialami oleh sebagian besar pembudidaya yang hendak melakukan budidaya secara sederhana atau dapat juga dikatakan sebagai pemula. Kita tahu bahwa budidaya tidak hanya dapat dilakukan pada tempat yang luas. Wilayah dengan ukuran 2 x 5 dapat juga digunakan untuk budidaya asalkan padat tebal pada tempat tersebut dapat dimanfaatkan secara tepat dan efisien.
Kolam tidak harus dibangun dengan menggunakan semen dan berpondasi. Terpal adalah solusi yang pas bagi kita yang ingin melakukan budidaya sederhana. Hasil yang didapatkan dari budidaya dengan menggunakan terpal tidak berbeda dengan hasil budidaya pada kolam semen atau berpondasi apabila kita melakukan budidaya secara benar.

2.      Serangan penyakit dan hama.
Penyakit dan hama adalah salah satu kendala yang paling sering kita jumpai dalam budidaya. Penyakit biasanya disebabkan oleh  infeksi dari organisme patogen berupa jamur dan bakteri. Penyakit atau hama dapat menyerang ikan yang kita budidayakan dikarenakan lemahnya kondisi kekebalan tubuh dari ikan itu sendiri. Kita tahu bahwa kesehatan ikan sangat dipengaruhi oleh kualitas air yang digunakan. Dalam menjaga kualitas air diharuskan melakukan penggantian air secara berkala agar kemungkinan adanya organisme patogen dapat dihindarkan. Penggantian air dilakukan dengan tujuan untuk mengeluarkan atau membuang air yang mengandung kotoran dan sisa-sisa makanan yang masuk ke dasar kolam. Penggantian air dapat juga dilakukan dengan cara memberi in let di permukaan kolam untuk saluran masuknya air baru dan out let pada dasar kolam untuk saluran keluarnya air lama.
Serangan penyakit dan hama dapat juga diminimalisir dengan pemberian pakan yang mengandung antibody untuk kekebalan tubuh ikan. Pada ikan yang telah terjangkit hama atau penyakit dapat dilakukan pengobatan dengan menggunakan obat yang telah disesesuaikan untuk masalah penyakit yang diderita ikan. Pemberian antibiotik dengan cara penyuntikan juga dapat dilakukan untuk meningkatkan kekebalan tubuh ikan terhadap penyakit.

Mengembalikan Citra Indonesia sebagai Negara Maritim

          Jauh sebelum masa kemerdekaan, Indonesia ternyata sudah dikenal dunia sebagai sebagai Bangsa yang memiliki Peradaban maritim maju. Bahkan, bangsa ini pernah mengalami masa keemasan pada awal abad ke-9 Masehi. Sejarah mencatat bangsa Indonesia telah berlayar jauh dengan kapal bercadik. Dengan alat navigasi seadanya, mereka telah mamapu berlayar ke utara, lalu ke barat memotong lautan Hindia hingga Madagaskar dan berlanjut ke timur hingga Pulau Paskah. Dengan kian ramainya arus pengangkutan komoditas perdagangan melalui laut, mendorong munculnya kerajaan-kerajaan di Nusantara yang bercorak maritim dan memiliki armada laut yang besar.
          Memasuki masa kerajaan Sriwijaya, Majapahit hingga Demak, Nusantara adalah negara besar yang disegani di kawasan Asia, maupun di seluruh dunia. Sebagai kerajaan maritim yang kuat di Asia Tenggara, Sriwijaya (683-1030 M) telah mendasarkan politik kerajaannya pada penguasaan alur pelayaran dan jalur perdagangan serta menguasai wilayah-wilayah strategis yang digunakan sebagai pangkalan kekuatan lautnya. Tidak hanya itu, Ketangguhan maritim kita juga ditunjukkan oleh Singasari di bawah pemerintahan Kertanegara pada abad ke-13. Dengan kekuatan armada laut yang tidak ada tandingannya, pada tahun 1275 Kertanegara mengirimkan ekspedisi bahari ke Kerajaan Melayu dan Campa untuk menjalin persahabatan agar bersama-sama dapat menghambat gerak maju Kerajaan Mongol ke Asia Tenggara. Tahun 1284, ia menaklukkan Bali dalam ekspedisi laut ke timur. Puncak kejayaan maritim nusantara terjadi pada masa Kerajaan Majapahit (1293-1478). Di bawah Raden Wijaya, Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada, Majapahit berhasil menguasai dan mempersatukan nusantara. Pengaruhnya bahkan sampai ke negara-negara asing seperti Siam, Ayuthia, Lagor, Campa (Kamboja), Anam, India, Filipina, China.
          Kilasan sejarah itu tentunya memberi gambaran, betapa kerajaan-kerajaan di Nusantara dulu mampu menyatukan wilayah nusantara dan disegani bangsa lain karena, paradigma masyarakatnya yang mampu menciptakan visi Maritim sebagai bagian utama dari kemajuan budaya, ekonomi, politik dan sosial.
Tentu saja, Sejarah telah mencatat dengan tinta emas bahwasannya Sriwijaya dan Majapahit pernah menjadi kiblat di bidang maritim, kebudayaan, dan agama di seluruh wilayah Asia.
          Fakta sejarah lain yang menandakan bahwa Bangsa Indonesia terlahir sebagai bangsa Maritim dan tidak bisa dipungkiri, yakni dibuktikan dengan adanya temuan-temuan situs prasejarah dibeberapa belahan pulau. Penemuan situs prasejarah di gua-gua Pulau Muna, Seram dan Arguni yang dipenuhi oleh lukisan perahu-perahu layar, menggambarkan bahwa nenek moyang Bangsa Indonesia merupakan bangsa pelaut, selain itu ditemukannya kesamaan benda-benda sejarah antara Suku Aborigin di Australia dengan di Jawa menandakan bahwa nenek moyang kita sudah melakukan hubungan dengan bangsa lain yang tentunya menggunakan kapal-kapal yang laik layar. Namun, ironisnya dalam perjalanan kedepan bangsa Indonesia, Visi mritim Indonesia seperti jauh ditenggelamkan. Pasalnya, sejak masa kolonial Belanda abad ke -18, masyarakat Indonesia mulai dibatasi untuk berhubungan dengan laut, misalnya larangan berdagang selain dengan pihak Belanda, padahal sebelumnya telah muncul beberapa kerajaan maritim nusantara, seperti Bugis-Makassar, Sriwijaya, Tarumanegara, dan peletak dasar kemaritiman Ammana Gappa di Sulawesi Selatan.  Belum lagi, pengikisan semangat maritim Bangsa ini dengan menggenjot masyarakat untuk melakukan aktivitas agraris demi kepentingan kaum kolonialis semata. Akibatnya, budaya maritim bangsa Indonesia memasuki masa suram. Kondisi ini kemudian berlanjut dengan minimnya keberpihakan rezim Orde Baru untuk membangun kembali Indonesia sebagai bangsa maritim. Akibatnya, dalam era kebangkitan Asia Pasifik, pelayaran nasional kita kalah bersaing dengan pelayaran asing akibat kurangnya investasi.
          Patut disadari, bahwa kejayaan para pendahulu negeri ini dikarenakan kemampuan mereka membaca potensi yang mereka miliki. Ketajaman visi dan kesadaran terhadap posisi strategis nusantara telah membawa negara ini disegani oleh negara-negara lain. Maka, sudah saatnya, bagi kita yang sudah tertinggal jauh dengan negara lainnya, untuk kembali menyadari dan membaca ulang narasi besar maritim Indonesia yang pernah diikrarkan dalam Unclos 1982. Didalamnya banyak termaktub peluang besar Indonesia sebagai negara kepulauan. Namun, lagi-lagi lemahnya perhatian dan keberpihakan pemerintah terhadap kemaritiman yang didalamnya mencakup, keluatan, Pesisir, dan perikanan, maka beberapa kerugian yang didapatkan. Seperti lepasnya Pulau Sipadan dan Ligitan pada tahun 2002 dengan alasan “ineffective occupation” atau wilayah yang diterlantarkan.
          Minimnya keberpihakan kepada sektor maritim (maritime policy) salah satunya menyebabkan masih semrawutnya penataan selat Malaka yang sejatinya menjadi sumber devisa; hal lainnya adalah pelabuhan dalam negeri belum menjadi international hub port, ZEE yang masih terlantar, penamaan dan pengembangan pulau-pulau kecil, terutama di wilayah perbatasan negara tidak kunjung tuntas, serta makin maraknya praktik illegal fishing, illegal drug traficking, illegal people, dan semakin meningkatnya penyelundupan di perairan Indonesia. Padahal, sejatinya posisi strategis Indonesia banyak memberikan manfaat, setidaknya dalam tiga aspek, yaitu; alur laut kepulauan bagi pelayaran internasional (innocent passage, transit passage, dan archipelagic sea lane passage) berdasarkan ketentuan IMO; luas laut territorial yang dilaksanakan sejak Deklarasi Djuanda 1957 sampai dengan Unclos 1982 yang mempunyai sumberdaya kelautan demikian melimpah; dan sumber devisa yang luar biasa jika dikelola dengan baik.
          Terkait dengan visi pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa Indonesia secara menyeluruh dan merata, tentunya, seiring dengan tujuan tersebut, maka dibutuhkan kemampuan pertahanan dan keamanan yang harus senantiasa ditingkatkan agar dapat melindungi dan mengamankan hasil pembangunan yang telah dicapai. Karena, pemanfaatan potensi sumber daya nasional secara berlebihan dan tak terkendali dapat merusak atau mempercepat berkurangnya sumber daya nasional.
Pesatnya perkembangan teknologi dan tuntutan penyediaan kebutuhan sumber daya yang semakin besar mengakibatkan sektor laut dan pesisir menjadi sangat penting bagi pembangunan nasional. Oleh karena itu, perubahan orientasi pembangunan nasional Indonesia ke arah pendekatan maritim merupakan suatu hal yang sangat penting dan mendesak. Wilayah laut harus dapat dikelola secara profesional dan proporsional serta senantiasa diarahkan pada kepentingan asasi bangsa Indonesia.
          Beberapa fungsi laut yang harusnya menjadi pertimbangan pemerintah dalam menetapkan kebijakan-kebijakan berbasis maritim adalah; laut sebagai media pemersatu bangsa, media perhubungan, media sumberdaya, media pertahanan dan keamanan sebagai negara kepulauan serta media untuk membangun pengaruh ke seluruh dunia. Oleh karena itu, sebagai suatu langkah yang konkrit, dibutuhkan semangat yang konsisten dan kerja-kerja nyata demi mengembalikan kejayaan maritim bangsa Indonesia. Tentunya, juga diperlukan suatu gerakan moral untuk terus mengumandangkan semangat maritim ini pada semua lapisan masyarakat Indonesia untuk kembali menyadari keberadaan Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, sebuah gerakan yang berintegritas tinggi UNTUK MENGEMBALIKAN KEJAYAAN INDONESIA SEBAGAI NEGARA MARITIM TERBESAR DI DUNIA.
          Tentunya Mengembalikan semangat maritim itu tidak mudah, diperlukan upaya yang serius dari semua elemen bangsa. Namun, bukan mustahil jika Indonesia Maritime Institute, akan menjadi pelopor dari gerakan mengembalikan sejarah keemasan Indonesia sebagai bangsa yang ber-Visi maritim. Karena harus disadari, bagaimanapun gagasan ini lahir dari sebuah realita kehidupan masyarakat Indonesia yang sebenarnya lebih banyak bersentuhan langsung dengan dunia maritim. Mereka hidup dan beninteraksi langsung dengan kekayaan sumberdaya laut yang begitu besar. Tapi tragis, sekian lama kehidupan mereka sangat memprihatinkan. Dari generasi ke generasi mereka selalu mendapat predikat masyarakat miskin. Inilah potret masyarakat maritim yang seharunya menjadi garda terdepan pembangunan nasional Indonesia yang secara de fakto berada pada suatu wilayah dengan luas lautan 75 persen dari luas wilayahnya dan merupakan negara kepualaun terbesar di dunia. Disamping itu, keterpurukan bangsa Indonesia yang mulai dirasakan sekarang ini karena kebijakan pembangunan nasional yang sekian tahun berorintasi ke continental based, padahal potensi dan realita sebagai Negara Kepulauan harusnya visi maritime menjadi landasan utama dalam menetukan arah kebijakan pembangunan nasional.

Jumat, 28 Januari 2011

SPESIES KURA-KURA TERLANGKA DI DUNIA

1. Black-knobbed Map Turtle

Kura-kura yang disebut Black-knobbed Map Turtle ini adalah salah satu spesies kura-kura dari Amerika Serikat. Spesies ini menghabiskan sebagian besar hari berjemur di pohon-pohon tumbang dan mampu melompat dengan cepat ke dalam air saat dirinya merasa terancam. Mereka mencari perlindungan di dasar sungai dan di antara cabang-cabang pohon yang tumbang.


2. Kura-kura Leher Panjang

Kura-kura ini tidak hanya aneh karena penampilannya saja, tetapi juga karena sebagian sifatnya. Ketika merasa terancam, Eastern Long-necked Turtle akan memancarkan bau berbentuk cairan, untuk itulah sebabnya kura-kura ini juga dikenal sebagai, “binatang yang buruk tabiatnya.”


3. Mata mata (Chelus Fimbriatus)
Cangkangnya menyerupai sepotong kulit kayu, dan kepalanya menyerupai daun-daun berguguran. Media hidupnya adalah didalam Air.

4. Argentine Snake-necked Turtle (Hydromedusa Tectifera)
Spesies ini ditemukan di Argentina, Uruguay, Paraguay dan Brazil merupakan salah satu hewan peliharaan yang populer dalam perdagangan hewan eksotis sedunia. Ia lebih dikenal dengan Snake-necked Turtle yang berasal dari Amerika Selatan. Meskipun ada juga Snake-necked Turtle sebenarnya yang berasal dari Australia.

5. Cantor’s Giant soft-shelled Turtle (Pelochelys Cantorii)
Ini spesies yang tampak aneh bernama Cantor’s Giant Soft-shelled Turtle merupakan salah satu spesies kura-kura air tawar yang memiliki lebar kepala dan mata yang kecil dekat ujung moncongnya. Kura-kura ini dapat tumbuh hingga 6 meter (sekitar 2 meter) panjangnya dan beratnya lebih dari 100 pound (sekitar 50 kilogram).

6. Chinese Softshelled Turtle (Pelodiscus sinensis)
Spesies ini merupakan species kura-kura yang lunak cangkangnya dan terbesar di bumi. “Sup kura-kura” yang terkenal dari China dibuat dari jenis ini.

7. Spiny Softshell Turtle (Apalone Spinifera)
Spesies aneh ini dikenal sebagai Spiny Softshell Turtle yang ditemukan di daerah Kanada, Amerika Serikat. Dan species ini merupakan salah satu spesies kura-kura air tawar terbesar di benua Amerika Utara.

8. Kura-kura berkepala besar (Platysternon Megacephalum)
Selain model kepalanya yang sangat besar, kura-kura ini diketahui mampu memanjat dengan cepat. Habitatnya berada didekat aliran sungai yang jernih.

9. Rote Island Snake-necked Turtle (Chelodina Mccordi)
The Rote Island Snake-necked Turtle adalah salah satu kura-kura yang paling diinginkan dalam perdagangan hewan peliharaan Internasional. Ini adalah kura-kura yang sangat terancam spesiesnya dari Rote Barat daya Pulau Timor antara New Guinea dan Australia.

10. Pig-nosed Turtle (Carettochelys Insculpta)
Ini adalah salah satu spesies kura-kura bercangkang lunak endemik air tawar sungai, laguna yang hidup di sungai-sungai Australia. Dari julukannya dapat diterjemahkan bahwa hidung dari kura-kura ini menyerupai babi, untuk itulah disebut Pig-nosed Turtle.

11. Common Snapping Turtle (Chelydra serpentina)
Pada tahun 2006, Snapping Turtle dinyatakan sebagai reptil negara bagian New York setelah populer diperdagangan Internetional. Jenis ini adalah jenis kura-kura air tawar terbesar daripada yang bisa ditemukan di Kanada, Meksiko. Spesies ini dan species Alligator Snapping Turtle, secara luas biasa dikenal sebagai kura-kura raksasa.

Dalam beberapa tahun belakangan ini, Common Snappers terus diburu untuk dijadikan sup kura-kura. Kura-kura ini mampu hidup sampai 47 tahun di penangkaran, sedangkan usia individu liar diperkirakan hanya mampu hidup sekitar 30 tahun saja.

12. Alligator Snapping Turtle (Macrochelys Temminckii)
Alligator Snapping Turtles adalah salah satu jenis kura-kura air tawar terbesar di dunia. Spesies ini akan memakan hampir binatang apa saja yang ditemukannya dan juga dikenal mampu membunuh buaya, ular, dan bahkan kura-kura selain sejenisnya.

sumber: http://unikboss.blogspot.com/2010/10/12-spesies-kura-kura-paling-langka.html