A. TOLAK UKUR KEBERHASILAN BUDIDAYA
Budidaya merupakan rekayasa manusia dengan mendapatkan input dan energi untuk meningkatkan organisme akuatik yang bermanfaat dengan memanipulasi pertumbuhan dan menekan mortalitas. Berdasarkan pengertian tersebut, keberhasilan suatu budidaya dapat diamati melalui beberapa indikasi yang akan terlihat setelah proses budidaya selesai dilakukan. Indikasi-indikasi tersebut antara lain dengan menghitung berat atau bobot (biomassa) ikan, laju pertumbuhan, dan angka mortalitas dari ikan yang kita budidayakan.
1. Biomassa ikan
Tolak ukur keberhasilan budidaya ikan dapat diamati dari biomassa ikan dalam proses produksi. Target produksi dapat ditentukan dari jumlah bobot ikan yang dihasilkan yakni dengan cara menghitung biomassa pada sekuen kegiatan pembesaran. Semakin tinggi biomassa yang diperoleh saat pemanenan maka dapat dikatakan semakin tinggi keberhasilan budidaya.
2. Pertumbuhan
Pertumbuhan dapat dijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan budidaya. Pertumbuhan yang dimaksud adalah kecepatan ikan untuk mencapai berat atau bobot yang diinginkan. Setiap spesies ikan mempunyai kemampuan tumbuh berbeda-beda. Perbedaan pertumbuhan ini dapat tercermin, baik dalam laju pertumbuhannya maupun potensi tumbuh dari ikan tersebut. Perbedaan kemampuan tumbuh ikan pada dasarnya disebabkan oleh perbedaan faktor genetik dari masing masing ikan. Karakteristik genetik tertentu yang dimiliki oleh seekor ikan biasanya menyatu dengan sejumlah sifat bawaan yang mempengaruhi pertumbuhan seperti kemampuan ikan menemukan dan memanfaatkan pakan yang tinggi, ketahanan terhadap penyakit dan dapat beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Semua hal tersebut akhirnya tercermin pada laju pertumbuhan ikan. Biasanya untuk mencapai hal tersebut, dilakukan rekayasa genetik guna menghasilkan benih ikan unggul yang diinginkan .
3. Mortalitas
Mortalitas atau angka kematian dapat juga dijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan dalam budidaya. Salah satu target produksi dapat ditentukan dari banyaknya jumlah ikan yang dihasilkan (menghitung tingkat kelangsungan hidupnya) khususnya untuk sekuen kegiatan pembenihan. Budidaya dapat dikatakan berhasil apabila prosentase mortalitas ikan yang dibudidayakan kurang dari 25%. Semakin rendah angka mortalitas maka semakin besar persentase keberhasilan budidaya yang dilakukan.
B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BUDIDAYA
Keberhasilan suatu budidaya dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat meningkatkan atau menurunkan produksi ikan yang kita budidayakan. Faktor-faktor tersebut terbagi atas faktor internal dan faktor eksternal.
1. Faktor Internal
Faktor internal dalam budidaya ikan antara lain :
a. Gen
Selain pakan yang kita berikan, pengaruh gen dari ikan sendiri menjadi salah satu faktor yang amat penting bagi laju pertumbuhan ikan. Ikan mempunyai gen khusus yang dapat menghasilkan organ atau sel organ tertentu dan gen umum yang memberikan turunan kepada jenisnya. baik gen khusus maupun gen umum dari setiap ikan tersusun atas DNA (Deoxyribonucleic acid) dan RNA (Ribonucleic acid). Ekspresi dari gen gen tersebut dan sel yang terbentuk menjadi satu paket yang selanjutnya mempengaruhi pertumbuhan pada ikan. Transgenik atau rekayasa genetik dapat dilakukan untuk mendapatkan sifat yang diinginkan.
b. Kualitas Air
Air merupakan salah satu unsur budidaya penting. Air disini dapat berupa air tawar atau air laut tergantung jenis dari ikan yang dibudidayakan. Air sangat diperhatikan karena merupakan media atau faktor terpenting untuk kelangsungan hidup ikan. Air yang mengandung logam dan senyawa yang berbahaya dapat berakibat fatal apabila ikan tersebut terkonsumsi oleh tubuh. Untuk itu diperlukan pergantian air secara berjangka untuk menghindari hal yang tidak diinginkan.
c. Suhu
Suhu merupakan faktor pertama yang perlu diperhatikan dalam melakukan budidaya. Suhu dapat mempengaruhi keadaan internal dari ikan yang kita budidayakan. Ikan dapat menjadi tegang atau stress bila suhu terlalu tinggi dan akan menjadi lemas bila suhu terlalu rendah. Pertumbuhan optimum pada ikan terjadi pada suhu kamar normal.
d. pH
pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan suatu zat. pH disini sangat erat kaitannya dengan pertumbuhan ikan yang hendak dibudidayakan. Ikan dapat mengalami pertumbuhan optimal pada pH 6,5 – 8.
e. Intensitas cahaya
Selain suhu, pH, dan keadaan air, intensitas cahaya juga perlu diperhatikan. Masing-masing ikan mempunyai kecenderungan memakan makanan yang berbeda. Ikan ada yang aktif makan pada pagi atau siang hari ada juga yang aktif pada malam hari. Intensitas juga mempengaruhi pola dan tingkah laku ikan yang dibudidayakan.
f. Padat tebar
Kepadatan banyaknya ikan dalam suatu tempat atau wadah sangat berpengaruh pada pertumbuhan dan kesehatan ikan. Ikan membutuhkan oksigen dan ruang yang cocok dan cukup untuk tumbuh. Apabila wadah budidaya terlalu sempit dapat menyebabkan kompetisi oksigen antar ikan dan dapat dimungkinkan terjadinya kematian. Wadah yang terlalu luas dapat menimbulkan hasil yang positif bagi pertumbuhan ikan namun dapat meningkatkan kerugian yang diterima pengelola pembudidaya.
g. Pakan
Pakan sangat berpengaruh pada laju dan kualitas ikan yang kita budidayakan. kualitas dan kandungan pakan yang kita berikan harus benar-benar sesuai dengan kebutuhan dari ikan. Kualitas pakan dapat diamati secara langsung. Pakan yang baik tidak menunjukkan kerontokan atau berdebu saat kita pegang dan bentuk akan berubah secara perlahan apabila sudah terkena air. Berbeda dengan pakan berkualitas baik, pakan berkualitas buruk akan menunjukkan kerontokan bila kita pegang atau angkat dan akan langsung memencar ketika terkena air. Pakan diberikan sebesar 3-4% dari berat badan ikan perhari dengan waktu pemberian pakan sesuai dengan karakter ikan yang dibudidayakan.
C. KENDALA-KENDALA YANG DIJUMPAI DALAM BUDIDAYA
Secara umum kendala yang sering dihadapi dalam budidaya ikan antara adalah sebagai berikut :
1. Kurang tersedianya wadah atau tempat budidaya.
2. Serangan penyakit dan hama.
D. SOLUSI DALAM MENGATASI PERMASALAHAN BUDIDAYA
1. Kurang tersedianya wadah atau tempat budidaya.
Kendala yang satu ini sering dialami oleh sebagian besar pembudidaya yang hendak melakukan budidaya secara sederhana atau dapat juga dikatakan sebagai pemula. Kita tahu bahwa budidaya tidak hanya dapat dilakukan pada tempat yang luas. Wilayah dengan ukuran 2 x 5 dapat juga digunakan untuk budidaya asalkan padat tebal pada tempat tersebut dapat dimanfaatkan secara tepat dan efisien.
Kolam tidak harus dibangun dengan menggunakan semen dan berpondasi. Terpal adalah solusi yang pas bagi kita yang ingin melakukan budidaya sederhana. Hasil yang didapatkan dari budidaya dengan menggunakan terpal tidak berbeda dengan hasil budidaya pada kolam semen atau berpondasi apabila kita melakukan budidaya secara benar.
2. Serangan penyakit dan hama.
Penyakit dan hama adalah salah satu kendala yang paling sering kita jumpai dalam budidaya. Penyakit biasanya disebabkan oleh infeksi dari organisme patogen berupa jamur dan bakteri. Penyakit atau hama dapat menyerang ikan yang kita budidayakan dikarenakan lemahnya kondisi kekebalan tubuh dari ikan itu sendiri. Kita tahu bahwa kesehatan ikan sangat dipengaruhi oleh kualitas air yang digunakan. Dalam menjaga kualitas air diharuskan melakukan penggantian air secara berkala agar kemungkinan adanya organisme patogen dapat dihindarkan. Penggantian air dilakukan dengan tujuan untuk mengeluarkan atau membuang air yang mengandung kotoran dan sisa-sisa makanan yang masuk ke dasar kolam. Penggantian air dapat juga dilakukan dengan cara memberi in let di permukaan kolam untuk saluran masuknya air baru dan out let pada dasar kolam untuk saluran keluarnya air lama.
Serangan penyakit dan hama dapat juga diminimalisir dengan pemberian pakan yang mengandung antibody untuk kekebalan tubuh ikan. Pada ikan yang telah terjangkit hama atau penyakit dapat dilakukan pengobatan dengan menggunakan obat yang telah disesesuaikan untuk masalah penyakit yang diderita ikan. Pemberian antibiotik dengan cara penyuntikan juga dapat dilakukan untuk meningkatkan kekebalan tubuh ikan terhadap penyakit.
